Sabtu, 02 Mei 2009

Samurai Sejati 5 - Controlling the Enemy's Mind

(4) Controling the enemy’s mind (Memainkan pikiran lawan)

Mungkin ekspresi paling jernih dari seni pedang Musashi adalah pesannya agar seorang samurai sebaiknya selalu tenang, siaga, tetapi memainkan watak memancing lawan untuk gusar, terusik, bergerak dan melakukan kesalahan. Pada kesempatan lain dia mengingatkan tugas utama samurai adalah mengalahkan lawan, bukan memamerkan kepandaian akrobat berpedang.
Memang kalau kita lihat (dalam film-film), pertarungan samurai umumnya hemat gerakan, lebih banyak bermain watak, bermain tatap mata. Daripada silat China yang justru banyak edegan acrobat salto, ginkang dan hangar-bingar ala “pendekar mabok.”

Kalau diambil hikmahnya ini berlaku dua arah. Pertama, janganlah kita mudah terkecoh oleh bujukan, rayuan (gombal), maupun provokasi, agar kita “panas, gusar, tergoda” untuk mengambil langkah (keputusan, beli, menyetujui) berdasar emosi. Menyadari bahwa iklan adalah bujukan, bukan kebutuhan sesungguhnya. Provikasi seseorang atau audiens adalah godaan, coba-coba atau provokasi. Dimana kita harus selalu sadar, tenang, tak terpancing, dan memposisikan diri “di atas angin.”Pada sisi lain, ada baiknya kita selalu melatih keterampilan dalam ”persuasi”, menggoda audiens, lawan bicara untuk ”menyetujui” apa yang kita tawarkan. Apakah itu materi pelatihan, proposal, usulan kebijakan yang kita perlu dukungan. Supaya audiens atau lawan bicara tergoda, terbujuk, tersadar akan kebutuhannya/kepentingannya.Ada beberapa tips dalam persuasi, termasuk yang dipraktekkan orang selama kampanye. Ingatkan audiens akan “harapan/kebutuhan” atau apa yang “ditakuti/dikuatirkannya.”
Seperti incumbent yang banyak bicara tentang harapan rakyat yang mulai terpenuhi. Partai baru bicara janji. Sedang oposan bicara tentang hal-hal “mengkhawatirkan” dari incumbent. Jurus lain, biasanya orang suka dengan orang yang “persamaan” (selera, hobi, asal daerah, dst).
Sekali lagi, sebisanya bersikap tenang, kalau toh tak ingin membujuk, setidaknya janganlah mudah terbujuk, terprovokasi, “teliti sebelum membeli.” (Risfan Munir, risfano@gmail.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar