Sabtu, 02 Mei 2009

Samurai Sejati 6 - Lima S

Jurus 5-S = 5-R

Ketekunan, ketelitian dan passion yang ditunjukan dalam disiplin do-jo Musashi nampaknya yang mendasari praktek manajemen Jepang.Berbeda dengan pendekatan yang umum disini yang sering dimulai dari pemikiran makro strategis, praktek manajemen Jepang nampaknya justru dimulai dari tindakan praktis operasional.Salah satu ciri pendekatan dari yang oprasional ini ialah konsep 5-S, singkatan dari: Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso (Resik), Seiketsu (Rawat), Shitsuke (Rajin). Tidak usah melihat perusahaan besar, pada UKM lokal yang dibina perusahaan Jepang pasti menerapkan 5-S tersebut. Cirinya, bersih, semua benda tertata rapi, ada flow pergerakan yang jelas (sering digambar). Sungguh beda dengan bengkel kebanyakan yang dipenuhi barang bertumpuk yang tak jelas gunanya.
Penerapan 5-S dimulai dengan Ringkas, Rapi ditandai dengan seleksi barang-barang dengan klasifikasi berdasarkan frekuensi pemakaiannya. Kalau dipakai tiap hari ya ditempatkan didekat posisi yang kerja. Kalau seminggu sekali, sebulan sekali lebih jauh, dst. Kalau penggunaan terakhir 6 bulan yang lalu, mungkinse baiknya ditaruh digudang. Tapi kalau suatu barang sudah setahun ini tidak dipakai, mungkin perlu dipertimbangkan untuk dibuang saja. Kebersihan dijaga selalu. Dievaluasi periodik, dibahas dalam temu kelompok kualitas (gugus kendali mutu).
Kedisplinan yang dimulai dari tindakan-tindakan praktis seperti itulah yang membentuk budaya kualitas, menjunjung tinggi mutu dan kesempurnaan (perfection). Dari situ pula lahir perangkat continuous process improvement sebagai bagian dari TQM.Mungkin ini bisa jadi refleksi bagi masyarakat kita yang terlalu gemar dengan debat visi, misi hingga kata per kata. Perfection di kata-kata, bukan action. (Risfan Munir, Medan-Sergei, April 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar